Kamis, 12 Mei 2011

Theater of Dreams

Theater of Dreams

where a truth just becomes a dream
Skip to content




* Home
* Author
* Disclaimer
* RSS

← Unstoppable
How to Make Your Own Plugins/Themes Updating Service →
Agatha Christie
Posted on January 10, 2011 by Nazieb
Agatha Christie

Agatha Christie

Belakangan ini, gara-gara kesibukan serta kemalasan yang cukup akut, rasa-rasanya saya jadi jarang menjalankan hobi membaca saya. Sering belanja buku, tapi ya begitu, langsung masuk rak buku lalu terlupakan. Entah kenapa, begitu melihat buku yang agak tebal, mood membaca saya langsung turun. Padahal waktu di toko buku rasanya bergairah banget pengen menamatkan.

Akhirnya sebagai “terapi” untuk memulihkan kembali minat membaca saya, saya pilih buku-buku yang tidak begitu tebal untuk dibaca-baca. Pilihan saya pun jatuh pada novel-novel karangan sang maestro kriminal, Agatha Christie.

Awalnya saya kurang begitu tertarik dengan novel-novel beliau. Maklum, kadang-kadang saya bisa jadi orang yang fanatik sekali. Dan waktu itu kalau soal detektif saya pasti mikir Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. Saya pun mendoktrin diri saya sendiri bahwa tidak ada detektif yang lebih baik dari Sherlock.

Lalu seorang teman meminjami saya novel Christie yang berjudul “Murder on Orient Express” yang menceritakan sang detektif Belgia, Hercule Poirot dalam memecahkan pembunuhan aneh di atas kereta. Setelah agak malas-malasan membaca di awal, saya malah jadi terbius plot yang disusun Christie. Dan akhirnya saya jadi menertawakan diri sendiri gara-gara terpelintir twist yang cerdas.
Murder on Orient Express

Murder on Orient Express

Sejak itu, saya mulai rajin membaca Agatha Christie, terutama yang menampilkan Hercule Poirot sebagai tokoh utama. Bukan apa-apa, karena dia tokoh yang pertama saya baca, maka saya merasa wajib menamatkan seluruh serialnya dulu sebelum beranjak ke tokoh-tokoh Christie yang lain, seperti Miss Marple dan Tommy & Tuppence.

Satu hal dari Agatha Christie yang menarik minat saya adalah gaya berceritanya yang senang mempermainkan pikiran pembaca. Christie sering sekali memberikan fakta-fakta yang melencengkan penafsiran. Red herring istilahnya. Saya yang sudah dengan arogannya menebak ending berkali-kali harus merasa malu gara-gara twist yang tidak tertebak.

Maka komplitlah itu dengan minat saya kepada latar tempatnya; Inggris. Iya, saya memang tertarik dengan negeri sang Ratu itu. Novel-novel yang berlatar di sana pun selalu menarik minat saya; Sherlock Holmes, Harry Potter dan Bartimaeus Trilogy adalah beberapa di antaranya. Begitu pula kebanyakan cerita-cerita Christie, meski mungkin saya lebih menikmati deskripsi London yang mencekam di zaman Holmes daripada London sewaktu perang dunia di masa Hercule Poirot. Lebih eksotis rasanya.

Dan saya sekarang sedang berburu novel Christie yang berjudul “And Then There Were None” yang katanya adalah karya terbaik beliau. Ada yang bersedia meminjami? :D

gambar dari wikipedia & gramedia.com

1 komentar: